Pemerintah Kabupaten Rembang

Angkat Permainan Tradisional dan Stop Bullying, SMPN 3 Rembang Ingin Bangun Karakter Siswa

Ratusan siswa SMP Negeri 3 Rembang asyik bermain beragam permainan tradisional pada (2/9/2023). Mulai dari engklek, congklak, bekelan, dakonan sampai dengan permainan bakiak.

Bahkan Kepala Sekolah SMPN 3 Rembang Menik Mustktakun dan Kepala Dinas Pendidikan, Sutrisno ikut bermain. Rupanya mereka sedang mengikuti gelar karya siswa dan ada dua tema besar yang diusung.

Dua tema itu yakni permainan tradisional dan stop bullying, sehingga bisa dijumpai berbagai poster yahg dibuat para siswa tentang stop bullying.

Kepala Sekolah SMPN 3 Rembang, Menik Mustikatun menuturkan alasan mengambil tema kearifan lokal , spesifik ke permainan tradisional karena efek negatif kemajuan teknologi seperti handphone. Secara tidak disadari, penggunaan HP yang sering berlebihan membuat anak apatis dan terganggunya interaksi sosial.

“Gadget ini oke dari segi kemajuan teknologi,tapi dari sisi sosial bagi anak- anak ada dampak negatifnya. Kelihatannya menggerombol, ternyata asyik dengan HP tanpa ada interaksi dengan lingkungan sekitar, ” ujarnya.

Dengan mengajak anak- anak bermain mainan tradisional , pihak sekolah ingin mengembalikan dunia anak- anak , bermain bersama. Antusias anak- anak terhadap permainan tradisional , menurutnya sejauh ini cukup bagus.

Selanjutnya tentang kampanye stop bullying ini lebih kepada memberikan kesadaran kepada siswa pentingnya saling menghormati dan tidak mengejek teman. Jika anak bisa menahan diri tidak bullying tentu

“Dampak dari bullying bisa membuat anak tidak percaya diri. Contohnya anak dipanggil tidak nama asli (nama ejekan-red) akibatnya bisa rendah diri, akhirnya tidak bisa bergaul dengan temannya, nah ini kita stop, ” terangnya.

Jika tidak ada aksi bullying maka anak- anak bisa membuat lingkungan belajar yang baik. Belajar mengajar berjalan baik dan hasilnya juga lebih maksimal.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Rembang, Sutrisno menanggapi positif terkait tema yang diangkat untuk gelar karya P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Permainan tempo dulu mengingatkan zaman kecilnya.

“Ini suatu yang unik, bisa membuat anak- anak saling berkawan dengan teman sebayanya. Itu sekarang agak berkurang di tengah maraknya penggunaan gadget, jadi program ini harus dilanjutkan, ” tandasnya. (Mif/Rud/Kominfo)

Exit mobile version