Pemerintah Kabupaten Rembang

BMKG Gelar Sekolah Lapang Cuaca untuk Nelayan Rembang, Dorong Tangkapan Aman dan Melimpah

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Aula Lantai 4 Kantor Bupati Rembang, Senin (4/8/2025). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan keselamatan dan hasil tangkapan nelayan melalui pemahaman informasi cuaca.

Sebanyak 70 nelayan dari berbagai wilayah diundang sebagai peserta. Mereka mendapatkan pelatihan langsung dari BMKG tentang cara membaca dan memanfaatkan informasi cuaca yang tersedia di situs Indonesia Weather for Shipping (Inawis) di laman inawisbmkg.go.id.

Direktur Meteorologi Maritim BMKG, Achadi Subarkah, menjelaskan bahwa edukasi cuaca ini sangat penting agar nelayan dapat merencanakan aktivitas melaut secara lebih efektif dan efisien.

“Melaut itu bisa lebih efektif dan efisien jika bisa memanfaatkan informasi yang ada di BMKG. Itu secara daring bisa diakses oleh siapa pun. Di sana ada info cuaca laut, informasi tangkapan ikan, jadi nelayan itu sudah tidak mencari, tapi menangkap ikan,” terangnya.

Ia menegaskan, melalui informasi dari BMKG, nelayan dapat mengetahui titik-titik laut yang mengalami cuaca buruk dan gelombang tinggi sehingga keselamatan lebih terjamin.

Anggota Komisi V DPR RI, Harmusa Oktaviani, menilai SLCN penting untuk memperkuat akses dan pemahaman nelayan terhadap prediksi cuaca. Menurutnya, edukasi seperti ini bermanfaat dalam mengurangi risiko dan meningkatkan hasil tangkapan.

“Kendala yang dihadapi nelayan ini tentang cuaca dan regulasi. Jadi edukasi seperti SLCN ini saya rasa sangat bermanfaat bagi nelayan agar bisa lebih efektif dan efisien saat melaut,” ungkapnya.

Asisten III Sekda Rembang, Dwi Wahyuni, mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia menyebutnya sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah kepada masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup dari laut.

“Rembang memiliki garis pantai kurang lebih 63 kilometer dan 30 persen wilayahnya merupakan pesisir. Tantangan perubahan iklim tentu membuat nelayan butuh informasi yang akurat dan mudah dipahami,” tuturnya.

Salah satu peserta, Ngardi, nelayan asal Kelurahan Pacar, Kecamatan Rembang, mengaku senang mendapat ilmu baru terkait perhitungan cuaca dengan teknologi.

“Semoga bisa dapat ikan lebih banyak. Selama ini kan kita pakai ilmu titen, tradisional, sekarang pakai HP. Biasanya kalau di tengah laut tiba-tiba cuaca buruk, ya kita balik kanan,” ungkapnya. (Mifta)

Exit mobile version