Pemerintah Kabupaten Rembang

BPDAS Pemali Jratun Dorong Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Rembang untuk Cegah Bencana dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Pemali Jratun terus mendorong pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) di wilayah Kabupaten Rembang. Program ini bertujuan memperbaiki kondisi lingkungan yang mengalami kerusakan sekaligus mengantisipasi potensi bencana alam seperti banjir dan longsor.

Kepala BPDAS Pemali Jratun, Arief Setiyo Utomo, menjelaskan bahwa kegiatan rehabilitasi mencakup dua wilayah utama, yakni kawasan hutan dan lahan di luar kawasan hutan seperti daerah aliran sungai (DAS). Menurutnya, rehabilitasi tidak hanya dilakukan di sekitar sungai, tetapi juga di kawasan permukiman dan lahan masyarakat yang mengalami degradasi.

“Keduanya sama-sama perlu diperbaiki, terutama di area yang kondisinya kurang bagus atau tergolong lahan kritis,” ujar Arief usai kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis RHL di salah satu hotel di Jalur Pantura, Selasa (7/10).

Ia menambahkan, rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan fungsi daerah aliran sungai agar mampu menampung air hujan dan menekan risiko bencana. Dalam hal ini, peran masyarakat sangat penting melalui penanaman tanaman buah-buahan atau Multi Purpose Tree Species (MPTS).

Jenis tanaman ini, selain menjaga ekologi, juga memberikan nilai ekonomi bagi warga. Arief berharap kombinasi antara perbaikan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat menciptakan keseimbangan berkelanjutan.

“Dengan demikian faktor ekologi akan menjadi kuat. Pohon-pohon yang ditanam akan menahan air, menyediakan udara yang lebih baik, dan memberi tambahan pendapatan bagi masyarakat,” bebernya.

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Golkar, Firman Soebagyo, mendorong masyarakat memanfaatkan kawasan hutan secara optimal melalui program rehabilitasi ini. Menurutnya, kawasan hutan dapat dikelola untuk kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologi secara seimbang.

“Jadi tidak hanya ditanami tebu atau jagung saja, tapi juga harus ada tanaman tegakan. Seperti di daerah Pati, warga menanam mangga, pete, durian, dan alpukat, semuanya sudah menghasilkan, bahkan petenya sudah diekspor. Harapan saya di Rembang juga bisa seperti itu dan menjadi ikon daerah,” ujarnya.

Firman berharap kegiatan bimtek RHL mampu memotivasi masyarakat menjaga kelestarian hutan dengan menanam tanaman tegakan yang bermanfaat.

“Kawasan hutan harus dijaga, jangan dirusak. Boleh dimanfaatkan, tetapi harus berimbang menanam tanaman tegakan demi menjaga ekologi, sosial, dan ekonomi,” pungkasnya. (re/rd/kominfo)

Exit mobile version