Bupati Rembang Abdul Hafidz angkat bicara terkait pelaksanaan festival tong- tong klek yang dilaksanakan secara terpusat tidak keliling dianggap sebagian orang tidak peduli seni budaya.
“Kita bukannya menghilangkan budaya, tetapi ingin menunjukkan budaya dulu itu seperti apa. Sekarang bayangkan tong- tong klek dimodifikasi seperti itu ramainya, sehingga aslinya itu malah justru akan hilang, itu yang tidak kita inginkan, ” ujarnya.
Bupati tidak menampik ada unsur hiburan jika tong- tong klek dilakukan secara keliling. Namun meskipun dilaksanakan terpusat dan tradisional tetap ada unsur hiburannya.
Lebih lanjut Bupati menegaskan di masa kepemimpinannya , tak hanya menghadirkan sholawatan saja. Berbagai hiburan juga telah digelar di kota garam, mulai musik bergenre pop hingga dangdut.
“Kalau soal hiburan kami biasa ngundang, kotak 2 kali, aura kasih, saya memang suk sholawatan tapi kita penuhi semua keinginan masyarakat, Jadi kalau ada plintiran saya harus meluruskan, ” ujarnya.
Pada masa pandemi covid-19, Bupati Rembang juga menggelar pagelaran wayang kulit dan kethoprak. Belum lagi setiap ada acara kedinasan , ada tarian tradisional seperti orek- orek untuk penampilan pembuka.
Terkait kekhawatiran sebagian orang festival tong- tong klek digelar di alun- alun akan berdampak pada kerusakan area publik itu. Bupati telah menginstruksikan Dinas terkait untuk melakukan pengawasan.
“Jangan sampai alun- alun yang telah kita rawat, kita bangun jadi hancur dalam semalam. Alhamdulillah alun- alun selama ini kalau ada acara aman- aman saja, sudah teruji ,coba kalau tong- tong klek jalan langsung rusak semua sepanjang jalan, kotor, rusak, semua sudah kita perhatikan” tuturnya. (Mif/Rud/Kominfo)