Tradisi sedekah laut kembali digelar secara meriah di Desa Tasikagung, Kecamatan Rembang, Minggu (7/4), sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat nelayan atas hasil laut yang diperoleh. Kegiatan tahunan ini diwarnai dengan arak-arakan pawai budaya yang melibatkan sedikitnya 13 rombongan peserta dari warga setempat.
Sejak pagi hari, ribuan warga memadati sepanjang jalur pawai yang dimulai dari kawasan Klenteng Tjoe Hwie Kiong, melewati Jalan dr. Wahidin, dan berakhir di Desa Tasikagung. Setiap rombongan menampilkan berbagai atraksi dan hiasan, seperti miniatur kapal, hasil bumi, serta kostum tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya maritim Rembang.
Bupati Rembang, Harno, menyampaikan apresiasi atas antusiasme masyarakat dan peserta dalam melestarikan tradisi ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan sedekah laut tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sarana untuk mengingat pentingnya menjaga laut dan kelestarian budaya.
“Ini budaya yang baik dan perlu dilestarikan. Ini juga menjadi hiburan yang sudah ditunggu-tunggu masyarakat,” ungkap Harno saat membuka acara pawai budaya.
Harno berharap para nelayan memperoleh hasil laut yang melimpah serta diberi kelancaran dan keselamatan saat melaut. Ia juga menginginkan agar perayaan sedekah laut dapat digelar lebih meriah pada tahun-tahun mendatang.
“Semoga yang susah-susah menjadi mudah, dan ke depan perayaannya lebih meriah lagi, berkah dan barokah,” terangnya.
Kepala Desa Tasikagung, Mochammad Riyanto, menyampaikan bahwa pawai budaya merupakan puncak dari rangkaian kegiatan sedekah laut di desanya. Usai pawai, acara dilanjutkan dengan prosesi larung sesaji ke laut sebagai simbol rasa syukur dan permohonan keselamatan bagi para nelayan.
“Ini merupakan event tahunan, mudah-mudahan setelah acara larung sesaji nanti, masyarakat nelayan khususnya di Tasikagung bisa mendapat hasil maksimal dan rezeki yang melimpah di tahun ini, serta mendapat kemudahan dari pemerintah, baik berupa pajak, BBM, dan sebagainya,” tutup Riyanto. (re/rd/kominfo)