Bupati Rembang H.Abdul Hafidz berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 kilometer bersama peserta kirab budaya dan pataka desa Gowak kecamatan Lasem, Rabu (1/8) pagi. Dengan mengenakan busana beskap berwarna merah, Bupati tampak menikmati perjalanan menuju lokasi Candi Malad, meskipun rutenya menanjak karena Gowak berada di wilayah dataran tinggi.
Bupati dalam kesempatan itu mengatakan pemkab sudah seharusnya memperhatikan kebudayaan dan yang termasuk cagar budaya. Terlebih di Lasem memiliki sejarah yang luar biasa.
Undang-undang cagar budaya memang sudah ada, namun peraturan pemerintah belum dibuat, sehingga pemkab kesulitan untuk membuat Perda. Namun menurutnya agar bisa maksimal dalam pengembangan potensi lokal termasuk cagar budaya, pihak desa bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pemkab.
“Tetapi yang penting menurut saya bagaimana caranya potensi lokal yang ada bisa ditindaklanjuti. Mpun jenengan yang kurang apa, bilang ben gampang, saya mohon kecamatan dan desa bisa bersatu padu,” ujarnya.
Kepala Desa Gowak Suprapto menjelaskan di dalam kirab budaya tersebut dilaksanakan dalam rangka sedekah bumi desa sekaligus sebagai momen untuk bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT dan nguri- nguri kebudayaan. Prosesi kirab budaya tersebut mengkirab Pataka desa untuk diletakkan di candi Malad yang merupakan makam Dewi Hindu, Raja Lasem sejak tahun 1351, Dewi Hindu juga bergelar Bhree Lasem yang wafat tahun 1382.
Desa Gowak sendiri saat ini sedang fokus untuk pengembangan kepariwisataan.
“Kalimancur, pemandian di desa gowak itu sendiri juga sudah kita konsep, nanti wisata alamnya di watu tapak yang merupakan situs bersejarah juga yang tahun 2018 ini sudah kita tata. Di tahun 2019 kita akan fokus ke penataan kepariwisataan dan pengelolaan air.”
Di APBDes tahun ini sebagian anggaran dialokasikan untuk menyentuh penunjang kepariwisataan. Diantaranya pembangunan rabat dan paving halaman candi Malad Rp.20 juta dan pembangunan jalan dan pagar makam Panji Sumilir Rp. 50 juta.