Tim Verifikasi Kabupaten Layak Anak (KLA) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melakukan penilaian di Kabupaten Rembang. Dihari kedua kunjungan, rombongan yang terdiri dari lima orang itu diterima oleh Bupati Rembang, H. Abdul Hafidz dan jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di ruang rapat Bupati, Senin (5/6/2017).
Ketua rombongan tim verifikasi KLA, Hadi Utomo menjelaskan bahwa penilaian kali ini lebih mengajak kabupaten atau kota untuk melihat dirinya sendiri. Tahapan sebelumnya Kabupaten melampirkan semua dokumen terkait KLA ke aplikasi yang sudah disediakan.
Selanjutnya dievaluasi oleh tim di Jakarta kurang lebih dalam 12 hari bersamaan dengan kabupaten kota seluruh Indonesia. Ada 90 lebih kabupaten kota yang lolos dan dilanjutkan verifikasi lapangan seperti di Rembang.
Di Rembang mereka meninjau Hasil verifikasi nanti akan menjadi tambahan untuk nilai final dan masuk dalam kategori apa. Sampai saat ini belum ada Kabupaten ataupun kota yang layak disebut KLA, semuanya baru menuju sesuai kategorinya.
“Setelah itu baru bisa diketahui nilai akhir dan apakah masuk ke kategori tangga pratama, madya, nindya atau utama. Saat ini belum ada kabupaten atau kota di Indonesia yang layak disebut Kabupaten Layak Anak, yang ada adalah menuju kabupaten layak anak, Rembang tahun lalu madya dan Solo Nindya, sampai tingkat Utama itu masih menuju, baru diatasnya utama kabupaten tersebut layak dinobatkan kabupaten atau kota layak anak,”ungkapnya.
Menurutnya ada tiga hal indikator kota layak disebut kota layak anak, yaitu anak merasa aman, bahagia , sejahtera. Aman artinya ada sistem pencegahan dan sistem penanganan dan semuanya harus berjalan otomatis.
Meskipun sulit, KPPPA akan terus mendorong semua daerah untuk bisa mencapainya. Setiap pemkab diharapkan memiliki program pembangunan anak selain pembangunan infratruktur.
Sementara itu Bupati Rembang Abdul Hafidz setelah memaparkan berbagai program terkait perlindungan dan pemenuhan hak anak di Rembang menyatakan sangat berkomitmen untuk melindungi dan memenuhi hak-hak anak serta mengakomodir apa yang mereka inginkan. Pemkab akan meningkatkan keaktifan kelompok- kelompok yang bertugas untuk menerima pengaduan dari masyarakat terkait anak.
“Ketika anak dilecehkan, ketika anak putus sekolah, orang tua yang tidak mampu mengasuh anak bisa konsultasi di pos- pos disana (kelompok Puspaga). Jadi nanti di tingkat kecamatan maupun di desa kita adakan pos-pos itu untuk pengaduan sekaligus tempat bimbingan,” terangnya.
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Kabupaten Rembang, Dwi Wahyuni menambahkan Rembang dalam rangka menuju Kabupaten Layak Anak berbagai program telah dilaksanakan. Salah satunya yaitu adanya Forum Anak Rembang yang menjadi wadah anak-anak Rembang untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Satu tahun lalu Rembang telah membentuk Pusat Pembelajaran Keluarga Sakinah Mawadah Warohmah (Puspaga Samara). Dalam gerakannya Puspaga bekerjasama dengan PKK terutama untuk pembinaan di desa-desa.
“Puspaga saat ini juga bekerja sama dengan Kantor Kementrian Agama (Kemenag) aktif untuk memberikan konsuling bagi calon pengantin. Salah satu materinya adalah bagaimana mereka mendidik dan memberikan perlindungan anaknya dengan baik.,”imbuhnya.
Puspaga tingkat kabupaten ini juga telah dikelola oleh kalangan professional, sebagai direktur program dijabat oleh guru Bimbingan Konseling (BK) salah satu sekolah di Pancur dan diperkuat oleh psikolog-psiklog, sedangkan yang di Kecamatan diisi oleh relawan seperti Fatayat yang telah mengikuti pelatihan dan kader-kader KB.
Kabupaten Rembang tercatat telah berhasil empat kali mendapat penghargaan sebagai Kabupaten yang menuju Kabupaten Layak Anak. Tahun 2011 Rembang menerima penghargaan KLA tingkat Nindya, tahun 2012, 2013 dan 2015 KLA tingkat madya.
Setelah tiga jam pertemuan di ruang rapat Bupati, tim verifikasi KLA meninjau beberapa tempat. Diantaranya ke Puspaga Samara, Youth Center Kibarr, rumah sakit, pasar tradisional, desa ramah anak di Gunem, Kecamatan Layak Anak di Gunem, sekolah ramah anak di Sanetan Sluke, perpustakaan dan unit penanganan kekerasan.