Pesta demokrasi telah usai, dan masyarakat telah menyalurkan hak pilih mereka untuk menentukan pemimpin daerah selama lima tahun ke depan. Banyak cerita menarik dari momen pencoblosan, salah satunya datang dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01 Desa Turusgede, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS yang berlokasi di Dukuh Ngrondo ini menghadapi tantangan unik. Sebagian besar pemilih di TPS tersebut berasal dari Panti Sosial Pelayanan Lansia Turusgede.
Salah satu anggota KPPS TPS 01, Lila Andriyani, menjelaskan bahwa jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS tersebut mencapai 493 orang. Pemilih terdiri dari warga Perumahan Turusgede, sebagian warga desa setempat, dan 34 penghuni panti jompo.
“Kami menyediakan TPS khusus di panti jompo dengan jumlah DPT 34 orang. Usai melayani DPT di TPS utama, sebagian anggota KPPS, ditemani linmas, PTPS, dan saksi, meluncur ke panti jompo untuk melayani para pemilih lansia yang tidak memungkinkan mencoblos di TPS utama,” ungkap Lila.
Di aula panti, KPPS menyiapkan bilik suara dan perlengkapan pemungutan suara. Namun, bagi lansia yang tidak dapat berjalan ke aula karena keterbatasan fisik atau kesehatan, petugas mendatangi kamar mereka untuk membantu proses pencoblosan. Pendamping dari panti turut membantu memastikan proses berjalan lancar.
Dari 34 DPT lansia, satu orang menolak mencoblos. Ketika dijemput petugas, lansia tersebut menolak dengan berteriak-teriak.
“Kami terkejut dan sempat takut waktu itu. Sebelumnya petugas panti sudah memberi tahu bahwa beliau memang tidak bersedia memberikan suara. Namun, kami tidak menyangka reaksinya seperti tantrum. Demi menjaga kesehatan mental beliau, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan proses pemungutan suara,” tambahnya.
Meski diwarnai berbagai tantangan, KPPS TPS 01 Desa Turusgede berhasil menjalankan tugasnya dengan maksimal. Upaya jemput bola ini menunjukkan komitmen mereka dalam memastikan hak pilih setiap warga tetap terpenuhi. (Mif/Rud/Kominfo)
