Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks atau kanker leher rahim melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan deteksi dini kanker payudara dengan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) ataupun SADARI (pemeriksaan payudara mandiri) membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang terus mensosialisasikannya ke banyak pihak.
Padahal menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang , dr.Ali Syofi’i mengatakan kanker serviks menjadi penyakit yang terbanyakmenyerang wanita sekaligus paling tinggi tingkat kematiannya. Sedangkan kanker serviks menempati urutan ketiga untuk tingkat kematian setelah kanker paru di urutan kedua.
“Artinya tingkat bahayanya begitu tinggi. Penyakit payudara secara global tidak kurang 2,3juta kasus baru tiap tahun, dari jumlah itu 685 ribu meninggal dunia, kira kira 22 persennya meninggal dunia. Prediksinya 2040 meningkat 3 juta kasus tiap tahun, dengan tingkat kematian sepertiganya,” ungkapnya.
Dengan demikian harus ada langkah pencegahan agar penyakit kanker payudara tidak meningkat. Begitupun dengan pencegahan kanker serviks yang secara global ada 1,4 juta kasus baru pertahun dengan tingkat kematian 50 persen.
dr.Ali Syofi’i menuturkan mencegah dua penyakit kanker itu, promosi kesehatan tentang pola hidup sehat terus dikampanyekan. Kemudian tentang penanganan kasus agar meningkatkan persentase kesembuhan deteksi dini dan pengobatan atau terapi yang tepat menjadi kunci.
“Kanker memiliki tingkat keparahan secara bertahap, mulai stadium satu sampai empat. Kalau ditemukan sejak dini maka tingkat sembuhnya lebih tinggi, namun ketika diketahui sudah stadium lanjut atau 3 dan 4 maka kemungkinan sembuhnya lebih rendah, dan di negara berkembang seringnya didetekti udah stadium 2 ke atas,” tuturnya.
Ditegaskan masyarakat sudah bisa melakukan pemeriksaan untuk kedua penyakit kanker ini di 14 puskesmas. Pihaknya akan segera menyusulkan tiga puskesmas yang belum, yakni Puskesmas Bulu, Sale dan Kragan 1 segera dapat melayani SADANIS dan tes IVA.
“Cek SADANIS dan IVA ini sudah dapat diback up oleh BPJS kesehatan dengan kartu JKN. Bagi yang belum atau tidak memiliki kartu JKN maka membayar sesuai ketentuan yang berlaku, namun di Rembang ini sudah hampir seluruh warga Rembang sudah terlindungi JKN.”
Lebih lanjut, dr. Ali mengungkapkan di kabupaten Rembang baru 274 orang yang melakukan pemeriksaan IVA dan SADANIS. Atas permasalahan itu Dinkes mengundang berbagai organisasi wanita yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW) dalam seminar kesehatan membahas kanker serviks dan payudara.
“Kami mohon bantuannya ibu-ibu yang terdepan dalam organisasi untuk ikut meyakinkan di kelompoknya masing-masing. Ayo jadikan pemeriksaan SADANIS dan IVA sebagai kebutuhan dan gaya hidup, sedangkan di negara maju sudah seperti itu,” ungkapnya.
Salah satu peserta dari Ikatan Wirausaha Perempuan Indonesia (Iwapi), Touriana Palupi mengaku sudah rutin mengikuti pemeriksaan IVA dan SADANIS. Namun berbeda dengan teman- temannya yang cenderung takut dan malu untuk cek papsmir dan IFA.
“Sepengetahuan saya masih banyak yang takut dan malu. Sebenarnya nggak apa- apa, karena kalau penyakit ini terdeteksi sejak dini, maka kemungkinan sembuhnya tinggi, ” ungkapnya.
Dengan adanya seminar kali ini, menurutnya semakin banyak informasi terkait kanker serviks dan payudara yang dapat disampaikan ke rekan- rekan sesama IWAPI. Terlebih materi disampaikan oleh ahlinya.
Dalam seminar itu, Dinkes mendatangkan narasumber dokter kandungan di Rumah Sakit Islam (RSI) Arafah dr. Silvy Kusuma Dewi, Sp.OG dan dr. Teguh Panca Y.M, MH, Sub. Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (P2PTM dan Keswa ) Dinkes Kabupaten Rembang. (Mif/Rud/Kominfo)