Musim kemarau di Rembang diperkirakan berakhir dalam satu bulan ke depan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akhir musim kemarau akan berlangsung pada dasarian II bulan November.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Sri Jarwati, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih berfokus pada penanganan dampak kekeringan. Sebab masih cukup banyak desa yang masih terdampak kekeringan.
Berdasarkan data BPBD Rembang per 21 Oktober, terdapat 67 desa yang tersebar di 14 kecamatan yang terdampak kekeringan. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan data pada 10 September, di mana terdapat 48 desa yang terdampak.
“Menurut prediksi BMKG untuk Rembang, sebagian musim kemarau dimulai pada dasarian kedua November. Sebagian besar wilayah kabupaten Rembang akan memasuki akhir musim kemarau pada dasarian II November,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Rembang, Risangsoko, menjelaskan bahwa musim penghujan di Rembang tergolong paling lambat, sementara musim kemarau masuk kategori paling cepat.
Musim kemarau tahun ini juga mencatatkan kenaikan suhu, yang pernah mencapai titik tertinggi di angka 35 derajat Celsius. Ia menyebutkan, rata-rata suhu udara di Rembang saat musim kemarau ini berkisar antara 32-35 derajat Celsius. Suhu ini tergolong lebih tinggi dibandingkan rata-rata biasanya yang mencapai sekitar 28 derajat Celsius.
“Secara umum, rata-rata suhu di 32-35 derajat Celsius sudah dianggap panas. Jika berkepanjangan, suhu ini bisa menjadi ekstrem. Yang normal biasanya di bawah 30,” imbuhnya.
Di sisi lain, ia menyampaikan bahwa masyarakat telah mempersiapkan musim penghujan.
“Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan. Kemarin ada kepala desa yang menghubungi saya mengenai gotong royong membersihkan sungai,” pungkasnya.