Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dintanpan) Rembang terus berupaya menekan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) melalui pengetatan pengawasan di pasar hewan. Berdasarkan pantauan tim Dintanpan di Pasar Hewan Pamotan, sejumlah ternak masih ditemukan menunjukkan gejala PMK.
Kepala Dintanpan Rembang, Agus Iwan Haswanto, menjelaskan bahwa temuan ternak bergejala PMK di Pasar Hewan Pamotan terjadi karena pemilik ternak datang lebih awal sebelum petugas Dintanpan melakukan pemeriksaan. Menyikapi situasi ini, pihaknya akan melakukan pemantauan ulang pada Selasa (21/1).
“Pemantauan pada Selasa besok akan menjadi penentu apakah Pasar Hewan Pamotan ditutup sementara atau tetap dibuka. Jika masih ditemukan ternak dengan gejala PMK, besar kemungkinan pasar direkomendasikan untuk ditutup sementara,” ujar Agus, Senin (20/1).
Menurut Agus, kesadaran para pemilik ternak cukup baik karena sebagian besar hewan yang diperjualbelikan tampak sehat tanpa gejala PMK. Namun, beberapa temuan ternak bergejala tetap menjadi risiko yang harus diantisipasi.
“Kalau ternak yang ditransaksikan sehat dan tidak bergejala, itu aman. Tetapi jika masih ditemukan ternak yang sakit dan dibawa ke pasar, itu berisiko. Jika besok masih ada ternak dengan gejala PMK, kemungkinan besar penutupan sementara diperlukan,” jelasnya.
Agus juga menyebutkan bahwa meskipun para penjual berharap pasar tetap dibuka dengan pengetatan pengawasan, keputusan tersebut harus mempertimbangkan risiko penyebaran PMK yang lebih luas. Saat ini, kasus PMK di Kabupaten Rembang masih relatif terkendali, dengan angka terakhir mencapai sekitar 150 ekor dari sebelumnya 130 ekor.
“Memang ada kenaikan kasus, tapi masih dalam kondisi yang wajar,” tambahnya.
Di sisi lain, Agus mengungkapkan bahwa kondisi berbeda ditemukan di Pasar Hewan Kragan. Berdasarkan pemantauan, ternak di pasar tersebut relatif aman tanpa gejala PMK, meskipun aktivitas di pasar cenderung sepi. (re/rd/kominfo)