Pemerintah Kabupaten Rembang

Pathol Sarang, Olahraga Tradisional Peninggalan Sejak Zaman Majapahit

Ratusan orang berkumpul di tepi pantai turut desa Karangmangu Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang dari Rabu (8/3/2023) dari siang sampai sore. Teriakan keras terdengar dari titik kerumunan itu ternyata dari warga yang menonton Pathol Sarang.

Nah bagi yang belum mengetahui apa itu Pathol Sarang, pathol  ini tradisi unik di wilayah pesisir pantai khususnya di wilayah Sarang. Pathol juga mirip gulat dan olahraga tradisional Sumo dari Jepang.

Biasanya pertandingan tersebut diikuti oleh warga yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Namun seiring berjalannya waktu, selain nelayan juga tak mau ketinggalan menjadi jawara Pathol Sarang.

Ketua Pathol Sarang, Yanto mengungkapkan, pathol Sarang dahulunya digunakan untuk mencari prajurit pada zaman kerajaan Majapahit. Karena Rembang terkenal dengan daerah pesisirnya, maka mayoritas peserta pathol diikuti oleh para nelayan.

 

“Pathol itu untuk mencari prajurit, lalu lama kelamaan, saat penjajahan itu digunakan untuk adu domba. Dari daerah satu dengan daerah lain dijadikan satu untuk diadu. Kemudian pada saat merdeka, itu digunakan untuk ajang perjudian,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu peserta pathol Sarang, Khoirul Amin mengaku sudah sejak kecil dirinya mengikuti pertandingan pathol sarang. Sebab, pertan
dingan pathol Sarang tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa saja, namun juga untuk anak-anak.

“Ini untuk menjalankan tradisi turun temurun sejak zaman nenek moyang kita sudah ada pathol. Jadi jangan sampai kita memusnahkan lah istilahnya,” ujarnya.

Kepala Desa Karangmangu, Jumali menyampaikan pathol sarang merupakan bagian dari olahraga tradisional. Untuk melestarikannya, setiap tahun pathol sarang selalu digelar saat momentum sedekah laut seperti yang digelar sekarang ini.

“Dari Desa maupun Kecamatan selalu menyelenggarakan dengan marak seperti saat ini,” imbuhnya.

Para jawara, lanjut dia, berasal dari berbagai desa di Sarang bahkan ada yang dari luar Kecamatan hingga Kabupaten sebelah. Mereka adu kekuatan saling menjatuhkan di atas arena berukuran 10 x 10 meter beralaskan pasir.

“Alhamdulillah untuk yang sudah berjalan ini ada yang dari Jombang Jawa Timur, ada yang dari Pati Jawa Tengah, ada yang dari Tuban. Intinya sejak dari dulu itu semua yang ada di daerah pesisir, maupun yang dari jauh hingga yang dekat, semua tahu dan ingin menikmatinya,” bebernya.

Bahkan pihak Desa selalu menganggarkan setiap tahunnya untuk eksistensi pagelaran pathol Sarang.

“Pemerintah Desa Karangmangu setiap tahun menganggarkan untuk warisan budaya ini agar terus dilestarikan,” imbuhnya.

Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menyaksikan Phatol Sarang

Bupati Rembang H.Abdul Hafidz mengapresiasi warga Sarang yang selama ini melestarikan tradisi nenek moyang. Diungkapkannya selama nyantri di Pondok Pesantren Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syar’iyyah (MUS) Sarang, Abdul Hafidz remaja selalu menyaksikan Pathol Sarang.

“Kulo matursuwun sanget wong Sarang (saya terimakasih banyak orang sarang) peduli budaya tradisi pathol. Kulo jaman teng mriki angger taun nonton pathol (saya waktu di sini (mondok-red) tiap tahun nonton pathol, niki kulo teruske (ini saya lanjutkan). Selaku bupati supoyo pak inggi (kades karangmangu-red) nganakno pathol (menggelar tradisi pathol), ” ungkapnya.
(Mif/Rud/Kominfo)

Exit mobile version