Pemerintah Kabupaten Rembang melalui Dinas Kesehatan menargetkan angka stunting bisa ditekan di bawah 20 persen.Dimana saat ini kasus stunting di Kabupaten Rembang menurut prevalensi balita stunting TB untuk Kabupaten Rembang berdasarkan data Riskesda tahun 2018 berada di persentase 26 persen.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, dr.Ali Syafi’i saat kegiatan workshop Penurunan Gizi Buruk dan Stunting dalam rangka memperingati hari Kesehatan Nasional ke 55 di Fave Hotel Rembang, Kamis (17/10/2019). Persentase tersebut menurun jika dibanding dengan tahun 2013 yang masih di angka 32 persen.
Sementara prevalensi angka balita stunting Jawa Tengah masih di kisaran 31,22 persen. Sedangkan data di tingkat nasional, 30,8 persen.
Kasus stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi kurang yang salah satunya dapat mengakibatkan gagal tumbuh pada balita sehingga anak terlalu pendek untuk usianya, kurus, daya tahan tubuh rendah dan susah menyerap ilmu di sekolah saat dewasa nanti.
Ali Syafi’i menerangkan bahwa masa- masa anak terkena stunting ini sejak 270 hari dalam kandungan hingga 730 hari sejak lahir atau umur dua tahun.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2018 bayi lahir stunting hanya 10,7 persen, namun meningkat saat menginjak balita menjadi 26 persen. Hal ini disinyalir karena kurangnya asupan gizi pada anak saat masa pengasuhan orang tua.
Untuk menekan kasus stunting, termasuk angka kematian ibu hamil dan bayi, selain melakukan berbagai program atau cara seperti intervensi gizi spesifik meliputi intervensi asupan gizi pada ibu hamil utamanya bagi yang ekonominya lemah, promosi dan konseling ibu menyusui, suplementasi tambah darah remaja atau wanita usia subur,intervensi gizi sensitif seperti penyediaan air minum dan sanitasi, Dinkes akan meluncurkan program inovasi sekrening masa sebelum hamil dengan sasaran remaja putri, calon pengantin, dan pasangan usia subur.
“Kita pastikan calon ibu- ibu ini di periode kehamilan dalam keadaan sehat. Jika ada faktor resiko misal usianya kurang atau faktor resiko lainnya atau sedang sakit kita obati dulu penyakitnya, kalau sudah sembuh baru boleh hamil. Sehingga masalah yang terkait kehamilan, tingginya angka stunting dapat kita cegah, “ ungkapnya.
Sementara itu Bupati Rembang H. Abdul Hafidz menegaskan bahwa pemerintah serius dalam penanganan stunting, mulai dari segi regulasi dan anggaran telah diarahkan kesana. Dengan workshop tersebut diharapkan bisa menyebar luaskan materi tentang bagaimana gaya hidup sehat dan apa yang diberikan untuk anak guna pemenuhan gizinya.
“Di masyarakat ini masih banyak yang semrawut, yang harusnya dikonsumsi anak dimakan orang tua, yang mestinya untuk orang tua diberikan anak. Dengan workshop dan materi yang disampaikan kita bisa mengetahui makanan apa saja yang tepat untuk diberikan anak,” tuturnya.
Ia optimis penurunan kasus stunting di Rembang dapat mencapai target yang dicanangkan. Mengingat keberhasilan penurunan kasus kurang gizi dengan berbagai program sosial seperti PKH, hingga SOP yang dilakasanakan oleh Bidan- bidan desa.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Bupati Rembang H. Abdul Hafidz, seluruh perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Kepala Puskesmas , Petugas Gizi, Bidan, PKK Kecamatan itu mendatangkan dr. J C Susanto,SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Tengah yang juga bekerja di RSUP Karyadi Semarang untuk menyampaikan bagaimana cara mencegah stunting pada anak.