Gunung Buthak yang meliputi wilayah Kecamatan Sale dan Gunem, menjadi lokasi tegalan warga yang menanam durian, jagung, pete dan padi.
Namun, para petani harus berhadapan dengan gangguan kera yang sering memakan tanaman mereka. Untuk melindungi tanaman dari serangan kera, sejumlah orang menyediakan jasa penjagaan lahan.
Para penjaga lahan ini membawa senapan, namun tanpa amunisi peluru. Mereka berpindah-pindah ke beberapa titik untuk memantau tegalan pemilik lahan. Jika mendeteksi pergerakan kera, mereka memicu suara “dor” dari senapan untuk mengusir kera tersebut.
Salah satu penjaga lahan, Surip (45 tahun) warga Dukuh Picis Desa Dowan saat ditemui di tegalan Gunung Buthak, Rabu (24/4/2024) menjelaskan bahwa menjaga lahan dari serangan kera menjadi pekerjaannya setiap hari. Keberadaan kera yang cukup banyak membuat tanaman jagung dan durian warga sering dimakan.
“Jam gangsal, subuh ngoten sampun ting mriki (jam 5 pagi, subuh sudah kesini) pulang sore. Wong subuh ngoten iku mpun dipendet kethek kok (soalnya pagi itu sudah diambil kera kok tanamannya), ” ujarnya.
Meskipun jumlah kera di Gunung Buthak mencapai ribuan ekor, para penjaga lahan ini tidak membunuh atau melukai kera tersebut. Mereka menggunakan senjata hanya untuk menakuti kera dengan suara “dor” yang dihasilkan senapan.
“Kalau jaga kita senjatanya ya ini bawa senapan. Tapi ini hanya angin kok (tidak pakai amunisi peluru. Ini ada yang pakai bensin (yang memakai petasan bumbung berbahan pralon – red), ” terangnya.
Sarmijan, penjaga lahan lainnya, menegaskan bahwa senjata yang mereka bawa hanya digunakan untuk menakuti kera. Mereka mendapatkan bayaran dari pemilik tegalan, namun jumlahnya hanya cukup untuk membayar bahan bakar senjata mereka, yaitu bensin.
“Bayarane nggeh kados ngge tumbas bensin niku mas, ” jawabnya saat ditanya berapa bayaran yang diterimanya dari pemilik tegalan. (Mif/Rud/Kominfo)