Petani tembakau di Desa Pragu Kecamatan Sulang memiliki inovasi berupa mesin penata rajangan tembakau otomatis. Petani di desa ini menyebuatnya dengan mesin eler tembakau otomatis. Mesin tersebut mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani, khususnya dalam proses perajangan hingga penjemuran tembakau.
Narko, salah satu petani sekaligus pengguna mesin penata rajangan otomatis, mengungkapkan bahwa alat tersebut memberikan perubahan signifikan dalam penghematan tenaga dan waktu kerja. Menurutnya yang dulu membutuhkan banyak orang untuk produksi, kini cukup dikerjakan tiga sampai empat orang saja.
“Dulu sekali rajang butuh enam sampai tujuh orang. Sekarang tiga atau empat orang sudah cukup. Kalau manual, tiga orang paling dapat 25 sampai 30 tetek. Pakai mesin ini, tiga orang bisa menghasilkan 40 sampai 60 tetek per jam,” jelas Narko, Kamis (4/12).
Narko mengungkapkan, apabila dikerjakan lebih dari tiga orang, produktivitas dapat mencapai 90-100 tetek per jam. Inovasi ini sangat membantu petani, terutama saat tenaga kerja sulit didapat pada musim tanam.
“Keluarga saya tiga orang, tambah satu orang lain sudah bisa jalan. Dalam 1–2 jam bisa selesai 100 tetek lebih,” tuturnya.
Ia membeberkan, mesin ini dikembangkan sejak 2019 oleh ayah dan pamannya. Proses penyempurnaan berlangsung bertahap mulai 2020 dan mencapai hasil optimal pada 2022.
Saat ini, mesin tersebut mulai banyak dipesan oleh petani dari berbagai daerah, termasuk wilayah Tlogowungu. Harga alat dibanderol sekitar Rp7,5 juta lengkap dengan pemasangan dan garansi.
“Pengerjaan mesin butuh waktu dua sampai tiga minggu karena terkendala ketersediaan bahan. Jika ada pesanan, bisa sekalian direhab,” terang Narko.
Selain menghemat tenaga dan waktu, mesin ini juga membantu menjaga kualitas tembakau. Proses rajang dan penataan rajangan yang berlangsung cepat mencegah perubahan warna pada tembakau yang terlalu lama dibiarkan sehingga hasilnya tetap cerah dan berkualitas.
Sementara itu, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Supriyanto, menyampaikan bahwa mesin penata rajangan tembakau tersebut merupakan hasil modifikasi dari alat rajang manual yang kini dapat beroperasi secara otomatis.
“Dulu prosesnya dilakukan secara manual. Sekarang, begitu mesin rajang dihidupkan dan tembakau masuk, tetek atau alas penjemuran langsung berjalan otomatis. Inovasi dari petani Pragu ini membuat pekerjaan jauh lebih efisien. Yang semula membutuhkan empat sampai lima orang, kini cukup dua sampai tiga orang,” ujar Agus.
Agus menambahkan bahwa kapasitas rajangan yang dihasilkan mesin ini juga meningkat signifikan dalam durasi waktu yang lebih singkat. Alat tersebut diketahui telah dipakai sejak lama oleh pembuatnya serta mulai diminati petani dari luar daerah.
“Ke depan, akan kami sosialisasikan agar bisa dimanfaatkan lebih luas oleh petani tembakau lainnya,” tandasnya.(re/rd/kominfo)
