Tim juri Gelar Desa Wisata 2023 dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah melakukan penilaian lapangan di Desa Punjulharjo, Selasa (29/8/2023). Mereka melihat ke beberapa titik yang menjadi komponen penilaian.
Tempat pertama yang mereka lihat yaitu Museum Prau Kuno, home stay dan ke Pantai Karangjahe. Di Pantai Karangjahe, tim juri mengecek kelengkapan administrasi daftar tamu, paket wisata sampai kebersihan home stay.
Salah satu juri Gelar Desa Wisata Jawa Tengah, Ahmad Khaeurudin mengatakan Punjulharjo merupakan 10 dari 35 Desa yang lolos ke tahapan verifikasi lapangan. Nantinya akan dicari juara 1, 2 dan 3.
Menurut Adin, tidak banyak desa wisata yang menawarkan wisata pantai. Desa wisata rata-rata menyuguhkan alam pegunungan dan hutan.
Hal yang menarik lainnya yaitu tentang perjalanan desa wisata yang terkenal dengan pantai Karangjahenya ini. Di mana sebelumnya hanya pantai biasa yang terbengkalai menjadi seperti sekarang ini.
“Desa ini tadinya dianggap tidak punya sesuatu sampai 2008 ditemukan situs kapal kuno. Penemuan itulah yang menjadi titik balik punjulharjo ini menjadi desa wisata, nah dari situ kita melihat daya upaya dari sumber daya manusia untuk memajukan desanya, ini yang jadi daya tarik,” ungkapnya.
Terkait peniliaian pihaknya secara detail mengecek berbagai aspek pendukung. Mulai dari manajemen, kebersihan sampai souvenir dicek.
“Kita diantaranya ngecek kelengkapan administrasi misalnya SK Bupati, SOP mitigasi bencana. Kami juga mengecek home stay, kebersihannya seperti apa, tata kelola sampah bagaimana, paket wisatanya seperti apa sampai souvenirnya, ” ungkapnya.
Salah satu tokoh masyarakat yang aktif membantu pengembangan desa wisata Punjulhajo, Nur Salim membenarkan bahwa potensi wisata di desanya bisa berkembang baik berkat dukungan dari warga desa. Tanpa partisipasi warga, potensi wisata ini tidak akan bisa berkembang pesat seperti sekarang dan bertahan.
Dia mencontohkan partisipasi masyarakat dan berbagai pihak untuk penanaman ribuan pohon cemara yang kini tumbuh besar dan jadi peneduh di pantai. Kemudian kebersihan desa yang terjaga berkat kepedulian warga.
“Pengelolaan sampah itu bermula setiap warga harus memilah sampah yang plastik dan kertas yang lainnya dikubur di dalam tanah. Yang plastik dikumpulkan bersama di bank sampah untuk diganti untung, dan hasilnya bisa dilihat kebersihan di lingkungan desa dan pantai, karena pengelolaan sampahnya berbasis masyarakat, ” terangnya. (Mif/Rud/Kominfo)