Arsip Museum Nyah Lasem diusulkan untuk menjadi Memori Kolektif Bangsa (MKB) oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan (Dinarpus) Kabupaten Rembang dan Yayasan Lasem Heritage. Usulan ini telah melalui berbagai upaya, termasuk presentasi di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tanggal 22 dan 23 Februari 2024.
Menurut Achmad Sholchan, Kepala Dinarpus Kabupaten Rembang, arsip-arsip yang disimpan di Museum Nyah Lasem mengandung sejarah bangsa yang berkaitan dengan jaringan dagang batik Lasem, yang mencakup Sumatra, wilayah Indonesia bagian timur dan luar negeri seperti Singapura. Salah satu arsip bahkan menunjukkan peran perempuan Lasem, terutama pemilik usaha batik Lasem, dalam mendirikan dapur umum untuk Tentara Republik Indonesia.
“Arsip-arsip ini kaya akan sejarah ekonomi, sosial, dan seni kreatif batik Lasem sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, serta Batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi, sehingga sangat penting,” ujarnya.
Sholchan menjelaskan bahwa arsip perusahaan Batik Lasem Tio Oen Bien-Tio Swan Sien dari tahun 1900 hingga 1930 berjumlah 104 arsip, berupa surat, kartu pos, kuitansi, dan foto. Arsip ini mencakup informasi tentang jaringan dagang dan pembelian alat batik dari luar daerah, seperti lilin atau malam dari Atapupu Timor, dan kain dari Surabaya dan Solo.
Selain itu, arsip warga perusahaan batik Lasem Liem Kioe An periode 1922 hingga 1940 berjumlah 73 tekstual, berupa surat, telegram, dan foto. Arsip ini berisi informasi tentang jaringan dagang batik dari Sumatra hingga Sulawesi.
“Tujuan diajukannya arsip tentang bukti kisah sejarah batik Lasem menjadi MKB agar semakin populer lagi di tingkat nasional,. Batik Lasem ini memang sudah terkenal, namun secara arsipnya ini belum terungkap. Ternyata setelah kami telusuri, batik Lasem itu sudah ada sejak awal abad ke-19,” tambahnya.
Setelah presentasi, tim dari ANRI akan melakukan visitasi ke Lasem pada bulan Maret mendatang. Mereka akan melihat secara langsung keberadaan arsip-arsip tersebut yang kini tersimpan di Museum Nyah Lasem.(Mif/Rd/Kominfo)