Pemerintah Kabupaten Rembang

Rembang Akan Miliki Cold Storage Super Besar dan Canggih Pertama Di Indonesia

Pemkab Rembang dan PT Rembang Migas Energi meneken MoU atau kerjasama dengan perusahaan Mega Media Akses Indonesia yang dilakukan di aula Lantai 4 Kantor Bupati Rembang. Dalam acara tersebut dihadiri Bupati Rembang H.Abdul Hafidz , Wakil Bupati Bayu Andriyanto, Sekda Subakti, Dirut Mega Media Akses Indonesia Santoso Halim, Direktur PT Rembang Migas dan pengusaha tambang, PLN, Perwakilan nelayan , OPD terkait dan sejumlah perusahaan lain.

Bupati usai kegiatan mengungkapkan rencananya perusahaan tersebut bersama PT. Rembang Migas Energi (RME) akan membangun kilang gas terapung atau Floating Storage Regasification Unit, pembangkit listrik lepas pantai atau Floating Storage Power Plant dan Cold Storage terpadu atau tempat penyimpanan produk ikan tangkapan nelayan dan produk pertanian.

Terkait lokasi mereka akan melakukan survei dimana lokasi yang paling strategis dari sisi tempat dan harga. Pihaknya terus mendorong progres investasi ini, karena bisa mengurangi pengangguran dan meningkatkan perekenomian warga dan daerah.

“Cold Storage yang akan dibangun itu berkapasitas besar, rencananya akan membutuhkan 200 lebih karyawan. “

Bupati juga mengungkapkan kondisi geografis dan potensi Rembang menjadi magnet dimana perusahaan besar tersebut berminat berinvestasi di Rembang. Ia yakin dengan jumlah kapal di Rembang 7ribu lebih dan nelayan 25 ribu lebih mampu mensuplai kebutuhan Mega Media Akses Indonesia.

Dirut PT Rembang Migas Energi Zaenul Arifin menambahkan mengapa konsentrasi di gas karena pemerintah saat ini tengah menggalakkan energi gas sebagai energi alternatif disamping minyak bumi dan batubara. Dimana gas lebih ramah lingkungan, lebih murah dan efisien.

Presiden Direktur PT Mega Media Akses Indonesia Santoso Halim menuturkan tahap awal pihaknya akan membuat mini cold storage berkapasitas 30 ton. Baru dalam perkembangannya ke depan cold storage dikembangkan  menjadi berkapasitas sangat besar menyesuaikan jumlah hasil tangkapan ikan nelayan, saat ini per hari Rembang memproduksi 700 ton ikan.

“Kapasitas Cold Storage yang ada saat ini tidak mampu menampung produksi ikan yang ada, sehingga banyak ikanterjual tidak maksimal , harganya murah. Kesejahteraan nelayan ini yang mau kita angkat, tentunya dengan menjaga kualitas ikan, “ ujarnya.

Tak hanya berkutat dipenyimpanan produk saja, mereka membangun suatu standart makanan yang bisa masuk dan di terima di dunia Internasional. Selain itu mereka juga memiliki jaringan untuk pemasaran yang luas di dunia internasional.

Bersamaan dengan membangun insfrastruktur yang dibutuhkan Mega Media akan melakukan sosialisasi dan mengedukasi para nelayan khususnya bagaimana cara menjaga kualitas hasil tangkapan sejak berada di kapal, tidak menutup kemungkinan juga akan ada bantuan peralatan yang canggih.

Nantinya operasional Cold Storage akan ditopang dengan pembangkit listrik tenaga gas lepas pantai yang akan dibangun bersamaan dengan pembangunan mini cold Storage. Teknologi ini baru pertama diterapkan di Indonesia di Rembang, dan saat ini sudah diaplikasikan di Thailand.

“di Rembang ada Natural Gas , tapi yang kita butuhkan LNG , Liquid Natural Gas yang memiliki suhu minus 162 derajat sehingga sewaktu kita gunakan LNG, sebenarnya kita bisa mendapatkan yang namanya pendinginan gratis , sehingga biaya pendinginan cold storage yang saat ini cukup mahal, tapi dengan teknologi LNG kita dapat menghemat 80 persen, jika biaya rendah , kualitas tinggi, nilai jual tinggi maka berapa banyak manfaat yang didapat nelayan dan petani, “ ungkapnya.

Ia yakin Rembang sebagai tempat percontohan teknologi ini dapat juga ke depannya dapat diterapkan diseluruh Indonesia . Harapannya dengan potensi ikan yang lebih besar dibanding negara lain, teknologi yang baik bisa memproduksi produk makanan dengan standart yang baik, Indonesia tak lagi susah menjual produk ikannya ke pasar Internasional.

Selain dengan Mega Media Akses Indonesia, Pemkab Rembang melalui PT. RME juga menjalin kerjasama dengan Pusat Studi Pengembangan Migas dan Panas Bumi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta.

Exit mobile version