Pemerintah Kabupaten Rembang

RSUD dr. R. Soetrasno Luncurkan Layanan Neurologi Intervensi Pertama di Eks Karesidenan Pati

RSUD dr. R. Soetrasno kini menjadi rumah sakit pertama di eks Karesidenan Pati yang menawarkan layanan neurologi intervensi, sebuah metode untuk menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah di otak. Layanan ini membuat pasien tak perlu lagi pergi ke RSUD dr. Moewardi Solo atau RSUP Dr. Karyadi Semarang.

RSUD dr. Soetrasno telah melengkapi fasilitas dengan Laboratorium Kateterisasi (Cath Lab) baru untuk melakukan prosedur medis invasif. Kerjasama dilakukan dengan Konsultan Neurologi Intervensi dari RSUD dr. Moewardi Solo, dr. Subandi, Spesialis Saraf.

Plt. Kabid Pelayanan Medik dan Keperawatan, dr. Intaningtyas Subawati, mengungkapkan bahwa Cath Lab tersebut telah melayani tiga pasien dengan kondisi sumbatan pada pembuluh darah di otak. Dua pasien dalam kondisi baik, sementara satu pasien mengalami penyumbatan total pada saraf otak kanan.

“Tim dokter melakukan tindakan DSA dengan memasukkan alat ke pembuluh darah otak untuk menghilangkan sumbatan dan memberikan pengencer darah. Penyumbatan ini yang menyebabkan stroke,” jelasnya.

Dua pasien yang telah menerima tindakan DSA kini dalam kondisi membaik. Mereka sudah bisa duduk, makan, dan berbicara dengan jelas, meskipun tangan kiri masih lemah. Sedangkan pasien dengan penyumbatan total di otak kanan, dilakukan tindakan untuk menyelamatkan pembuluh darah otak kiri.

“Penyumbatan di pembuluh darah kanan sudah tidak bisa ditangani, tapi kita mencegah agar pembuluh darah kiri tidak tersumbat total,” tambahnya.

Lebih lanjut, dr. Intan menjelaskan bahwa biaya layanan neurologi intervensi untuk pasien umum berkisar antara Rp. 15 juta hingga Rp. 20 juta, namun di RSUD hanya Rp. 10 juta. Pasien yang tercover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak dikenakan biaya.

“Saat ini kita sedang dalam proses untuk JKN. Tiga pasien kemarin semuanya menggunakan BPJS, jadi tidak dipungut biaya,” tegasnya.

Cath Lab juga bisa digunakan untuk prosedur jantung dan radiologi intervensi, namun saat ini baru digunakan untuk mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah otak penderita stroke.

“Ke depan, kita upayakan layanan kardiologi intervensi karena dokter Faris, spesialis jantung kita, baru akan mengambil fellowship kardiologi intervensi jantung pada Oktober 2024,” tuturnya.

Salah satu pasien, Andi dari Kecamatan Sale, yang telah mendapatkan layanan neurologi intervensi, mengatakan dirinya mengalami stroke ringan dan merasa tangannya lebih enak digerakkan setelah dilakukan tindakan DSA.

“Alhamdulillah tangan yang sebelumnya kaku kini terasa nyaman. DSA ini sangat bagus karena bisa mengecek langsung pembuluh darah kita, dan lokasinya dekat, tidak perlu ke Semarang atau Solo. Ini sangat membantu sekali,” katanya.

Exit mobile version