Pemerintah Kabupaten Rembang

Ubah Konsep, Tong-tong Klek Tetap Menarik, Pemenangnya?

Penyelenggaraan Festival Tong-tong Klek dikemas berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tradisi yang telah digelar secara rutin setiap tahunnya ini hanya digelar dalam 1 hari. Jadi selain melintas, peserta diminta mengeluarkan penampilan terbaiknya ketika berada didepan panggung kehormatan dengan durasi kurang lebih 5 samapi 7 menit.

Tahun ini, festival Thong-tong Klek melibatkan 26 grup dari berbagai kecamatan. Mereka mulai start dari perempatan zaini dan finish di gedung islamic center (gedung haji).

Bupati Rembang H. Abdul Hafidz dalam sambutannya sekaligus membuka festival tahunan itu menyebut festival tong-tong klek digelar murni menggunakan alat musik tradisional  dari bambu. Lagu yang wajib dibawakan para peserta pun salah satu diantaranya yakni lagu daerah.

Orang nomor satu di Rembang itu menuturkan, pagelaran thong-tong Klek tahun ini memang dikemas berbeda dari tahun lalu. Kendati demikian keseruan dan kemeriahannya tidak jauh kalah dari tahun sebelumnya.

“Pelaksanaan tahun ini memang kita bikin berbeda. Kalau biasanya masih ada alat musik elektronik yang digunakan. Kali ini murni pakai alat tradisional. Selain itu karena momennya usai pelaksanaan pemilu, kita ada salah satu lagu wajib yakni lagu daerah biar adem,” kata Bupati.

Sementara itu Kepala Dinas kebudayaan dan pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Rembang, Dwi Purwanto dalam laporannya mengatakan tradisi tong-tong klek awalnya dahulu merupakan tradisi membangunkan umat muslim untuk bersahur saat bulan Ramadhan. Seiring perkembangan waktu, tradisi dibuat menjadi festival yang dilombakan oleh Pemkab.

“Pertunjukan musik ini digelar menggunakan alat tradisional dengan instrumen utama adalah bambu. Nama tong-tong sendiri berasal dari perwujudan suara ketika alat kentongan dari bambu dipukul. Sedangkan lek artinya melek yang dalam bahasa jawa dapat diartijan dengan terjaga ataupun bangun,” terangnya.

Adapun juara I Wagu dari Tawangsari Rembang, juara II dari Gondorase Banyudono Kalioari, dan juara III grub Gangprat dari Desa Waru Utara . Sedangkan harapan I dari Lapas Lasem, juara harapan II, Bobota Tawangsari  dan juara harapan III Pagoda dari Pragu Sulang.

Untuk Juara I berhak atas piala dan uang pembinaan dengan nominal sebesar Rp. 3,5 juta, Juara II Rp. 3 juta, dan Juara III Rp. 2,5 juta. Sedangkan masing-masing Juara harapan I, II, dan III berhak atas uang pembinaan yang sama sebesar Rp1,5 juta.

Exit mobile version