Tim Kedaireka Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata Semarang melaunching platform metaversebatik.com di Rumah Merah Heritage Lasem, Kamis (8/12/2022). Pada launching platform ini dihadiri oleh 40 pengrajin batik, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) , Mutaqin dan Kepala DinasKomunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten Rembang, Prapto Raharjo.
Tim Kedaireka UNIKA Soegijapranata sendiri terdiri dari Ketua Tim Peneliti Profesor Dr. Ridwan Sanjaya,MS, IEC, Dr. Theresia Dwi Hastuti, Freddy Koeswoyo,MSc dan 27 mahasiswa.
Di hadapan puluhan pengusaha batik, jajaran OPD terkait dan awak media , mereka menjelaskan apa itu metaverse yang memang masih terbilang awam di Kabupaten Rembang. Kemudian memperlihatkan melalui layar proyektor tampilan metaverse batik tulis Lasem.
Dengan mengakses metaversebatik.com pengakses bisa langsung melihat-lihat showroom 3 dimensi yang dibuat untuk memamerkan produk batik. Di sana sudah dibuat semacam showroom yang sudah diberi papan label masing-masing merk pengusaha batik, termasuk produk yang dimiliki.
Setelah itu, tim Kedaireka UNIKA memperlihatkan cara masuk ke metaverse dengan mengenakan kacamata virtual reality. Pengusaha batik dan tamu undangan diajak mencoba kacamata tersebut agar merasakan sensasi ke dunia metaverse batik Lasem.
Ketua Peneliti Kedaireka Metaverse Batik Lasem, Ridwan Sanjaya mengungkapkan platform yang diperuntukkan para pengusaha batik tulis Lasem itu merupakan hibah dari pemerintah dalam bentuk program Kedaireka. Tujuannya memberikan solusi dan alternatif cara penjualan produk batik tulis Lasem.
“Melalui metaverse ini membuat orang bisa melihat secara nyata dalam bentuk 3 dimensi produk- produk batik dari pengrajin,” imbuhnya.
Masyarakat yang ingin masuk ke metaversebatik.com ini bisa menggunakan handphone, laptop, tablet, atau menggunakan kacamata reality agar bisa masuk seperti tampak nyata apa yang di dalam metaversebatik.com
Kadinas Kominfo, Prapto Raharjo mengapresiasi metaversebatik.com yang menyuguhkan cara penjualan batik dalam bentuk 3 dimensi. Hal itu sangat mendukung program yang tengah digencarkan oleh Pemkab yakni Rembang Smart City atau kota cerdas.
“Masukan kami dalam metaverse itu produk dari masing-masing pengrajin batik diberi informasi motifnya apa agar yang berkunjung mengetahui. Dan ditambahkan informasi harga produknya, ” imbuhnya.
Sementara itu salah satu pengrajin batik tulis Lasem, Rudi mengakui platform metaverse terbilang baru bagi pengrajin batik di Lasem. Selama ini mereka cenderung menjual melalui offline dan online seperti media sosial dan marketplace.
“Platform metaverse ini bagus , menjadi tambahan media kami untuk menjual produk batik, jangkauannya ini bisa lebih luas sampai luar negeri, ” ungkapnya.
Ia berharap ke depan semakin banyak pengrajin batik yang bergabung ke dalam metaverse. Karena ini dinilai dapat menjadi solusi bagi mereka yang belum memiliki showroom. (Mif/Rud/Kominfo)