Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin bersama istri Wury Ma’ruf Amin menghadiri
Haul ke-52 KH. Ma’shoem Ahmad atau Mbah Ma’shoem dan Harlah ke 101 Nahdlatul Ulama di halaman Kampus STAI Al- Hidayat Lasem , Sabtu (27/1/2024).
Wapres Makruf Amin mengaku terkesan dengan Lasem. Bahkan Wapres menyebutnya seperti pergi ke Tiongkok.
Wapres kagum kerukunan umat beragama dan antar etnis terjalin dengan baik bahkan sejak abad 17, sebelum Indonesia merdeka.
“Ternyata memang di sini [Lasem] tempat di mana terjadi akulturasi, perbauran antara masyarakat santri dan masyarakat Tionghoa. Jadi daerah ini menggambarkan sebagai daerah yang toleran sejak abad-abad ke-16, ke-17,” ungkapnya.
Untuk itu, menurut Wapres, bertahannya konsep multikultural di daerah inilah yang mungkin menyebabkan Indonesia dikenal dunia dengan toleransinya.
“Jadi sebenarnya ini contoh, dan ini barangkali yang menginspirasi sehingga Indonesia itu sekarang dikenal sebagai negeri yang paling toleran di dunia,” ucap Wapres bangga.
Wapres mengungkapkan sebelumnya beberapa utusan dari Majelis Hukama al-Muslimin (MHM), yakni persatuan para cendekiawan muslim sedunia yang berpusat di Abu Dhabi, datang menemuinya untuk belajar toleransi. Menurut pengakuan utusan tersebut, Indonesia merupakan negeri paling toleran yang bisa menjadi contoh bagi kehidupan.
“Bahkan mereka mengatakan sekarang ini bukan saatnya lagi kitab-kitab, buku berbahasa Arab diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, seharusnya justru buku-buku yang berbahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Kenapa? Karena banyak nilai-nilai yang terkandung di Indonesia yang bisa menjadi pelajaran buat kehidupan global,” papar Wapres.
“Ini rupanya juga peran Lasem di sini memberikan informasi terhadap kehidupan toleransi di Indonesia,” imbuhnya.
Dalam kunjungan ini, Ma’ruf juga menyaksikan penandatanganan MoU tentang Program Tri Dharma Pendidikan antara STAI Al-Hidayat dengan STAI Shalahuddin Al-Ayyubi. Menyerahkan sertifikat tahfiz kepada para santriwati dan melaunching STAI Al- Hidayat sebagai kampus multikultural.
Sementara itu pengasuh Ponpes Kauman Lasem K.H. Moch. Zaim Ahmad Ma’shoem atau yang akrab disapa Gus Zaim mengungkapkan kehidupan toleransi antara umat Islam dengan masyarakat Tionghoa telah terjadi di Lasem jauh sebelum Indonesia merdeka, di mana mereka berjuang bersama melawan penjajah Belanda sekitar tahun 1740.
“Interaksi masyarakat Lasem yang telah terjadi pada saat itu melawan koloni Belanda, perang, menunjukan bahwa memang interaksi sudah terjadi sejak sebelum itu,” ungkap Kyai Zaim.
Terkait Ponpes Kauman Lasem yang dibangun pada 2003 lalu, Gus Zaim menjelaskan kegiatan yang dilakukan semula hanya mengaji kitab, bandongan, sorogan, dan musyawarah sebagai model dasar. Namun, berkah dari bimbingan dan arahan Kiai Ma’ruf Amin dan keluarga, sejak 2006 Ponpes Kauman ini mulai mengembangkan sekolah formal, mulai dari PAUD, TK, SD, Program Tahfiz, SMP Unggulan, Madrasah Aliyah, hingga Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayat.
“Ini adalah berkah dari bimbingan Prof. K.H. Ma’ruf Amin beserta putra putri beliau,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dalam acara ini juga dilakukan Penandatanganan MoU tentang Program Tri Dharma Pendidikan antara STAI Al-Hidayat dengan STAI Shalahuddin Al-Ayyubi, di mana merupakan Pembina Yayasan Al Jihad Shalahuddin Al Ayyubi.
Hadir dalam acara ini, Pj. Gubernur Jateng Nana Sudjana, Bupati Rembang Abdul Hafidz, Anggota Forkopimda Provinsi Jateng, Anggota Forkopimda Kabupaten Rembang, para ulama, Nadhliyin, dan warga setempat(Mif/Rud/Kominfo)