Pemerintah Kabupaten Rembang

Enam Desa Sepakati Nama “Alas Samudra Wela”

Nama Samudera Wela masih terdengar asing ditelinga masyarakat Rembang namun ternyata nama Samudera Wela tidak lepas dari sejarah peradaban Lasem.

Kepala Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Rembang Edi Winarno saat menjadi pembicara dalam kegiatan penajamam hasil participatory rural appraisal (PRA) atau pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat tahun 2015 dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat enam desa yakni (Desa Tritunggal, Punjulharjo, Pasarbanggi Kecamatan Rembang dan Desa Dasun, Gedongmulyo dan Tasiksono Kecamatan Lasem) di Gedung Serba Guna Desa Dasun, selasa (24/11) mengatakan Candi Samudera wela merupakan penyatu kawasan pesisir utara dari Sarang hingga Demak pada jaman Majapahit.

Candi Samudera wela didirikan oleh Dewi Indu atau Bhre Lasem yang merupakan adik dari Prabu Hayam Wuruk dan diresmikan langsung oleh penguasa majapahit tersebut.

Tujuan pembangunan Candi Samudera Wela berdasarkan kitab negara kretagama adalah agar semua durjana musnah dari muka bumi lala dan samudera wela, hingga orang-orang bebas melintas menelusuri desa-desa sampai ditepi laut, terang Edi Winarno.

“Oleh karena itu Lasem menjadi ramai karena setiap tahun para pelaut mengunjungi Lasem khususnya ke Candi Samudera Wela,” katanya.

Edi Winarno berharap dengan diberi nama samudera wela enam desa tersebut akan menjadi daerah pantai yang aman, makmur damai, ramah dan guyub bekerjasama hingga terkenal dimana-mana.

Sementara itu Kepala BPMPKB Kabupaten Rembang Dwi Wahyuni Hariati mengatakan semula tujuan kegiatan ini adalah menyatukan enam desa yang memiliki keunggulan secara parsial menjadi satu.

Pemunculan nama samudera wela untuk enam desa tersebut tidak sekedar untuk pengembangan daerah saja tapi juga ada riwayat yang nantinya akan ditawarkan kepada masyarakat sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

Sedangkan Plt Kepala Bapermades Provinsi Jawa Tengah Ema Rahmawati mengatakan sejak diundangkan undang-undang desa baik pemerintah pusat, provinsi hingga Kabupaten tidak bisa begitu saja masuk ke desa. Bisa masuk asal konsep yang ditawarkan berbentuk kawasan serta konsep tersebut masuk dalam komitmen politik yakni RPJMD.

Ema juga meminta agar mindset masyarakat yang menjadi kawasan berubah seperti basis yang diharapkan contohnya kawasan berbasis wisata maka mindset masyarakat desa tersebut seolah-olah menjadi masyarakat wisata.

 

Dalam kegiatan tersebut selain turut menjadi nara sumber adalah Kepala Desa Dasun Jarwo yang mewakili enam desa mempresentasikan keunggulan serta hambatan dalam mengembangan enam wilayah, Pembicara dari Universitas Nahdatul Ulama Jepara, Pelaku industri Aryanto Nugroho dari Winongo Jogjakarta, dan Bapermades Provinsi Jateng.

Exit mobile version