Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Pemkab Rembang selalu berupaya nguri-uri kesenian dan kebudayaan lokal, termasuk yang baru-baru ini sedang gencar diuri-uri oleh desa Sendangasri Lasem yakni kesenian wayang gagrak pesisiran. Hal itu telah menjadi komitmen Pemkab terlebih dimasa kepemimpinan Bupati Rembang,H Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Rembang Bayu Andriyanto,SE.
Bupati dan Wabup seusai menerima pemberian wayang dan makalah wayang gagrak buatan dari warga desa Sendangasri oleh Ki Kartono,Dalang dari desa Sendangasri di salah satu halaman kantin Setda Rembang, Senin (5/9) mengatakan komitmen Pemkab untuk melestarikan seni dan budaya yang ada di Rembang. Hal itu terlihat saat acara hari jadi kabupaten Rembang tanggal 27 Juli lalu di alun alun,selain makan lontong tuyuhan gratis juga ada penampilan kesenian pathol sarang.
Bupati juga mengungkapkan di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Rembang memiliki program sosialisasi budaya khususnya wayang di setiap kecamatan. Kegiatan yang dijadwalkan sebulan sekali ini juga disisipi sosialisasi peraturan-peraturan daerah.
“Nah wayang gagrak ini bisa saja ditampilkan di dalam kegiatan tersebut. Tinggal komunikasi saja,kita memang ingin menghidupkan lagi kesenian yang lama tenggelam untuk memperkuat pembangunan”,tuturnya.
Dukungan juga disampaikan Wakil Bupati Rembang, Bayu Andriyanto,SE. Ia menuturkan akan membaca makalah tentang sejarah wayang gagrak pesisiran terlebih dahulu. Pada prinsipnya Pemkab Rembang mendukung seni budaya sebagai salah satu sektor yang akan mampu menggerakkan ekonomi kreatif.
Sementara itu,Ki Kartono saat menyerahkan wayang dan makalah berharap Pemkab Rembang turut memperhatikan nasib seni wayang gagrak pesisiran, agar tidak musnah. Sebab sudah lama wayang tersebut tidak pernah ditampilkan lagi sejak tahun 1993. Padahal tahun 50 sampai 90 semua dalang di kabupaten Rembang memakai wayang gagrak pesisiran.
Sedangkan ciri khas wayang gagrak pesisiran, penonton tak hanya disuguhi aksi wayang yang terbuat dari kulit saja. Penonton bisa menikmati aksi dalang memainkan wayang golek diawal pentas dan diakhiri dengan wayang golek lagi.
Terkait Ki Kartono memberikan wayang punakawan kepada Bupati, menurutnya sebagai simbol bisa Bupati ngemong masyarakat. Sedangkan Wakil Bupati diberikan wayang Pandawa, sebagai simbol kejujuran.
“Wayang punakan kami haturkan kepada Bapak Bupati dengan harapan Pak Hafidz selaku pamomong pengayom masyarakat, biar Rembang adem tentrem. Yang pandawa kita haturkan kepada bapak Wakil Bupati dengan maksud wayang satu kotak ini yang paling jujur dan konsekuen hanya pandawa. Jika Bupati dan wakil Bupatinya bisa momong, jujur dan bersih maka Rembang akan sejahtera seperti yang dicita-citakan,”terangnya.
Belum lama ini, pemerintah desa Sendangasri memfasilitasi pementasan wayang gagrak pesisiran di punden desa setempat. Pada saat itu jumlah penonton membludak diluar perkiraan.