Pemerintah Kabupaten Rembang

Ratusan Orang Serbu Jamasan Bende Becak

Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

Tiap tahun bertepatan dengan hari raya Idhul Adha ada tradisi yang menyedot perhatian masyarakat Rembang bahkan dari luar kota. Ya, Jamasan Bende Becak di desa Bonang. Penyelenggaraan tahun ini juga diserbu ratusan orang.

Sejak pagi hari lokasi penjamasan, rumah juru kunci Abdul Wakid sudah dikerumuni banyak orang yang membawa botol atau pun tempat minum. Botol-botol tersebut digunakan untuk mengambil air bekas jamasan atau air yang sudah dicelup benda peninggalan dari Sunan Bonang itu.

Kasmuji warga desa Tanggulharjo kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan  mengatakan datang ke Bonang bersama sembilan keluarganya menggunakan sepeda motor. Tiba di Lasem Minggu sore dan menginap di pasujudan Sunan Bonang.

Ia mengaku kebiasaannya datang ke penjamasan bende becak sudah turun temurun dan merupakan pesan dari sang kakek.  Dan membawa pulang air jamasan merupakan keharusan ketika datang ke kegiatan sakral itu.

“Kami turun temurun setelah simbah kami dulu titip pesan apa yang dilakukan simbah diteruskan turun temurun. Mengambil air jamasan bagi kami wajib untuk oleh-oleh, namun kami tidak musrik karena kami juga percaya kepada Allah Swt,”tuturnya.

Sementara itu seusai kegiatan, Plt Camat Lasem, Kukuh Purwasana menjelaskan jamasan bende becak ini merupakan acara ritual dan budaya. Pemerintah mengapresiasi terus digelarnya kegiatan tersebut. Tentunya harus ada penyempurnaan-penyempurnaan di setiap tahunnya.

“Secara substansial bahwa kegiatan ini bisa menjadi bagian industri pariwisata. Maka kami berpesan kepada panitia dan pihak desa agar dari waktu ke waktu disempurnakan agar lebih menarik dan menjadi pesona wisata di kabupaten Rembang,”tandasnya.

Bende Becak dulunya adalah nama orang Becak utusan Majapahit mengantarkan surat kepada Sunan Bonang. Diceritakan, Sunan Bonang meminta Brawijaya V, sang penguasa Nusantara, memeluk Islam. Namun, Brawijaya menolak dan mengirim seorang utusan bernama Becak untuk menyampaikan surat penolakan itu kepada Sunan Bonang.

Sang utusan Majapahit itu pun tiba di kediaman Sunan Bonang, di Hutan Kemuning, sekarang Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, menjelang maghrib sebelum hari raya Idul Adha. Setelah menyerahkan surat itu, Becak beristirahat dan menembang lagu-lagu Jawa. Alunan tembang itu mengganggu Sunan Bonang yang sedang mengaji bersama sejumlah muridnya.

Hingga akhirnya dijelaskan saat itu Sunan Bonang menanyakan suara yang mengganggunya tersebut kepada santrinya. Saat santrinya menjawab suara Becak, Sunan langsung menjawab tidak, itu adalah suara bende, dan saat santri kembali melihat Becak ternyata sudah menjadi Bende semacam gong kecil. Kemusian bende tersebut digunakan sebagai sarana Syiar Islam dan dirawat hingga sekarang.

Exit mobile version