Pemerintah Kabupaten Rembang

Santri Diharapkan Bisa Menyebarkan Nilai-Nilai Islam di Masyarakat

Ribuan santri berkumpul di Masjid Agung dan alun-alun Rembang, Senin (20/10) untuk menyambut rombongan santri yang dilepas dari Surabaya menuju Jakarta untuk memperingati Hari Santri Nasional yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 22 Oktober. Sebelum rombongan santri dari Surabaya tiba Pj Bupati Rembang Suko Mardiono berkesempatan memberikan sambutan di hadapan ribuan santri di dalam Masjid.

Pj bupati Rembang menyebutkan dengan ditetapkannya Kepres nomor 22 tahun 2015 bahka perjuangan Kaum Nahdliyin Nu telah diakui keberadaannya oleh pemerintah.

Dikatakan, era globalisasi dan informasi merupakan tantangan tersendiri bagi santri terutama degradasi moral generasi muda sangat memprihatinkan. Kepada santri dipesan bisa tetap memegang teguh nilai-nilai Islami dalam melaksanakan pergaulan di masyarakat.

Generasi muda diingatkan pula peka dan tanggap terhadap perubahan dan pengaruh radikal seperti obat-obat terlarang. Dan diharapkan bisa menyebarkan nilai-nilai islam dan tidak terombang ambing kehidupan modern.

Koordinator kegiatan Masduki menyebutkan  menyambut peringatan Hari santri nasional NU Rembang menerima rombongan dari Jawa Timur dialun-alun Rembang di depan Masjid Agung. Selanjutnya melakukan kirab Defile Jalan kaki diikuti  sekitar 2000 peserta dimeriahkan drum band Madrasah Aliyah,  Regu  pembawa bendera NU dan panji-panji,  Badan Otonom NU, siswa siswi kelompoik SMK NU, Drumband SD islam, MA dan MTs NU se Kabupaten  Rembang,  Pagar nusa, banser dan santri.

Selanjutnya Rombongan  menuju  pondok pesantren Raudlatuth Tholibin.  Sebelum rombongan melanjutkan kirab ke Jakarta mereka mendapatkan petuah dari KH.  Mustofa Bisri atau Gus Mus.

 Awal peringatan Hari santri nasional ketika Kiai Hasyim Asy’ari mengumumkan fatwanya yang disebut sebagai Resolusi Jihad. Resolusi Jihad yang lahir melalui musyawarah ratusan kiai dari berbagai daerah tersebut merespons agresi Belanda kedua. Resolusi itu memuat seruan bahwa setiap Muslim wajib memerangi penjajah. Para pejuang yang gugur dalam peperangan melawan penjajah pun dianggap mati syahid.

Sementara itu, mereka yang membela penjajah dianggap patut dihukum mati. Said juga menyampaikan bahwa dengan atau tanpa persetujuan pemerintah, PBNU akan tetap merayakan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. PBNU telah merencanakan sejumlah acara dalam rangka perayaan Hari Santri tersebut.

 

 

Exit mobile version