Desa Soditan Kecamatan Lasem pada Kamis (8/9) hingga Sabtu (10/9) akan menggelar event seni, religi dan wisata bertajuk Srawung Sedulur Soditan. Event tiga hari itu juga akan menampilkan kembali pertunjukan wayang gagrag pesisiran Lasem yang sudah hampir 30 tahun terakhir tidak dimainkan.
Koordinator Srawung Sedulur Soditan, Galih Pandu Adi mengatakan event swadaya masyarakat itu dimaksudkan untuk mengenalkan Desa Soditan kepada masyarakat luas. Dia menerangkan Desa Soditan merupakan salah satu desa tertua yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Lasem. Di desa utara jalur pantura itu juga memiliki pesantren, wihara dan klenteng yang tertua di Lasem. “Jejaknya terlihat jelas di Jalan Gambiran. Klenteng, vihara, gereja dan pondok-pondok pesantren hidup rukun berdampingan selama ratusan tahun,” terang dia
Selain bangunan, di Desa Soditan juga memunculkan banyak seni dan budaya hasil akulturasi natural berbagai etnis. “Banyak tradisi pesantren seperti burdahan hingga liwetan (makan bersama ala santri) yang membudaya di pesantren Soditan. Juga ada kesenian Laesan asli Jumput Soditan,” jelas penyair Teater Lingkar Semarang kelahiran asli Soditan itu.
Dia menambahkan di Srawung Sedulur Soditan, pengunjung akan diajak keliling Soditan dan mengenal tradisi dan kehidupan di Soditan. Pada Kamis malam pengunjung dan warga akan dihibur dengan penampilan wayang gagrag pesisiran Lasem yang dimainkan dalang Ki Kartono. Jumat pagi hingga malam, pengunjung akan diajak silaturahmi dan mengenal tradisi pesantren. “Jumat malam tak kurang 500 santri akan menggelar tradisi burdahan dan liwetan atau makan bersama di sepanjang Jalan Gambiran,” kata Pandu.
Sementara Sabtu pagi, pengunjung akan diajak untuk belajar membatik, membuat leletan kopi dan menikmati panggung seni di Rumah Kapiten Cina. “Sudah tak kurang 40an wisatawan dari Jogja, Jakarta, Malang dan Semarang yang reservasi. Kami di event ini menyediakan homestay bagi pengunjung luar kota itu,” tandas dia