Berita
Kupas Peran Perempuan dalam Sejarah Lewat Surat-Surat R.A. Kartini
- 11 Oktober 2024
- Posted by: rendy
- Category: Berita Pemerintah
Seminar bertajuk “Kajian Museum Door Duisternis Tot Licht” sukses digelar di Pendopo Museum Kartini, Jumat (11/9). Acara ini membahas buku Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), kumpulan surat-surat R.A. Kartini kepada teman-temannya di Eropa, yang menjadi koleksi berharga Museum R.A. Kartini.
Sub Koordinator Sejarah, Museum, dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Rembang, Retna Diah Radityawati, menjelaskan bahwa selama ini belum ada kajian mendalam terkait buku tersebut. “Sejauh ini belum pernah dilakukan kajian mendalam terkait buku Door Duisternis Tot Licht yang merupakan koleksi Museum R.A. Kartini,” jelasnya.
Untuk memperdalam pemahaman, seminar ini menghadirkan para narasumber dari kalangan aktivis perempuan hingga pakar sejarah perempuan. Selain itu, acara ini turut mengundang Asosiasi Museum Jawa Tengah dan Asosiasi Museum PakudJembara (Pati, Kudus, Demak, Jepara, Rembang, dan Blora).
“Seminar ini memaparkan sejarah perempuan secara umum, baik sejarah R.A. Kartini maupun peran perempuan dalam sejarah nasional Indonesia,” ungkap Retna.
Selain memperkaya wawasan tentang koleksi Door Duisternis Tot Licht, hasil seminar ini diharapkan menjadi rujukan resmi tentang buku tersebut.
“Ini merupakan rujukan terlengkap atau yang dianggap lebih recommended tentang Door Duisternis Tot Licht,” tambahnya.
Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Kabupaten Rembang, Hasiroh Hafidz, memberikan apresiasi terhadap rangkaian acara dalam peringatan Hari Museum Nasional. Ia menilai acara ini memperkuat eksistensi museum dan memperkenalkan pentingnya sejarah Kartini.
“Museum ini semakin hari semakin bagus. Dengan memperkenalkan museum ini, masyarakat akan tahu surat-surat R.A. Kartini yang dulu mendobrak kemerdekaan perempuan,” ujarnya.
Hasiroh juga menilai bahwa seminar ini sangat bermanfaat dalam memperluas wawasan peserta tentang perjuangan perempuan di masa lalu.
“Dengan adanya kegiatan ini, wawasan kita semakin luas dan semakin baik, sehingga memberikan manfaat bagi para peserta,” tutupnya.
Salah satu pemateri seminar, Citra Iqliyah, memaparkan bagaimana arkeologi gender telah membongkar bias-bias lama yang menempatkan perempuan hanya sebagai simbol kesuburan dan seksualitas. “Meski masih ada tantangan, figur dan imaji perempuan kini semakin dihargai,” ungkap Citra. Pendekatan baru ini diharapkan dapat mengubah pandangan publik tentang peran perempuan dalam sejarah dan arkeologi.
Seminar ini menegaskan bahwa penemuan arkeologis terbaru telah mematahkan konstruksi lama, memperlihatkan bahwa peran perempuan jauh lebih signifikan daripada yang diperkirakan sebelumnya. (re/rd/kominfo)