Berita
Youth Election Fest, Dorong Peran Pengawasan Pemilih Pemula dalam Pilkada
- 4 November 2024
- Posted by: Redaksi
- Category: Berita Pemerintah
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah menggelar Festival Pemilih Pemula atau Youth Election Fest di kompleks Museum Kartini Rembang, Sabtu (3/11/2024). Acara ini menekankan pentingnya peran generasi muda sebagai pemilih pemula dalam mengawal proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Bupati Rembang Abdul Hafidz, melalui Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah, Agus Salim, menyampaikan bahwa generasi muda diharapkan dapat bersikap cerdas. Ia menambahkan, pemilih pemula juga memiliki peran sebagai pengawas dalam pelaksanaan Pilkada.
“Pengawalan yang bisa dilakukan, misalnya, dengan gerakan dan tindakan yang meminimalisir potensi kecurangan pemilu, seperti penyalahgunaan kampanye, manipulasi data, atau kecurangan lainnya,” ujarnya.
Agus Salim optimistis bahwa jika generasi muda “melek” politik dan peduli pada isu-isu Pemilu, Pilkada yang lebih sehat dan demokratis dapat terwujud, dengan lahirnya pemimpin yang berintegritas.
Di sisi lain, Ketua Bawaslu Kabupaten Rembang, Totok Suparyanto, menjelaskan bahwa Festival Pemilih Pemula ini merupakan bagian dari kegiatan sosialisasi pengawasan partisipatif yang digagas oleh Bawaslu Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini dirancang sesuai dengan minat dan bakat pemilih pemula.
“Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran pemilih pemula terhadap pentingnya pengawasan dalam Pemilu. Di Rembang, konsep acara meliputi lomba tari pelajar dan stand-up comedy santri,” kata Totok.
Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, Nur Kholiq, menyebutkan bahwa dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, hanya 17 daerah yang terpilih untuk menyelenggarakan acara ini.
“Kami melakukan seleksi berdasarkan kreativitas dan inovasi yang bisa memperkuat unsur kearifan lokal,” ujarnya.
Jawa Tengah memiliki sekitar 28,4 juta pemilih dari generasi Milenial dan Gen Z. Menurut Nur Kholiq, dibutuhkan pendekatan kegiatan yang menarik bagi kelompok ini.
“Jika sosialisasi hanya bersifat dialogis, tentu akan terasa monoton. Di Rembang, misalnya, ada stand-up comedy santri yang mungkin satu-satunya di Indonesia. Mereka mengangkat tema seputar anti-politik uang, pengawasan, dan demokrasi, agar isu-isu penting ini bisa menjangkau pesantren,” pungkasnya. (Mif/Rud/Kominfo)