Berita
Pemkab Rembang Siaga Hadapi Abrasi di Pesisir, Warga Diminta Waspada
- 11 Februari 2025
- Posted by: rendy
- Category: Berita Pemerintah

Pemerintah Kabupaten Rembang terus berupaya menangani dampak abrasi yang mulai mengancam pesisir Kabupaten Rembang sejak awal 2025. Fenomena ini telah menyebabkan pengikisan daratan di beberapa wilayah, seperti Pantai Caruban di Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, serta pesisir Kecamatan Kragan dan Sluke.
Di Pantai Caruban, abrasi mengakibatkan kerusakan pada sejumlah fasilitas umum, termasuk gazebo dan sebagian akses jalan. Beberapa tempat bersantai yang disediakan pemilik warung juga terdampak oleh gelombang pasang.
Sebagai langkah awal, para pemilik warung secara mandiri telah melakukan upaya mitigasi dengan membangun tanggul dari bambu dan tumpukan karung pasir guna mengurangi dampak abrasi.
Salah satu pemilik warung, Ika Riskawati, mengungkapkan bahwa perbaikan dilakukan secara gotong royong dengan biaya pribadi.
“Semua pemilik warung ini memperbaiki sendiri. Biayanya ada yang Rp3 juta, ada yang Rp7 juta perbaikannya. Setiap tahun perbaikannya secara pribadi,” kata Ika, Selasa (11/2).
Sementara itu, Humas Bumdes Bhakti Mulyo Desa Gedongmulyo, Turiono, menyampaikan bahwa abrasi tahun ini terjadi lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya dan berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan.
“Biasanya abrasi datangnya cuma waktu musim kemarau, tapi kali ini musim penghujan biasanya tidak sampai separah ini. Tapi ini lebih parah dari tahun kemarin. Wisatawan turun drastis, karena dipandang kurang enak dan banyak pohon cemara yang tumbang,” ucapnya.
Dalam tiga tahun terakhir, abrasi telah mengikis daratan Pantai Caruban sejauh 10 meter. Beberapa wahana wisata yang sebelumnya menjadi daya tarik utama terpaksa ditutup karena terdampak abrasi.
“Seperti gazebo kecil yang dibuat Bumdes atau yang dibuat oleh warung sendiri itu hilang semua. Terus permainan, termasuk jompat-jompit dan bandulan dulu itu ada, sekarang tidak ada semua,” ujarnya.
Menanggapi situasi ini, pemerintah kabupaten melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang telah bergerak cepat dengan menyalurkan bantuan logistik bagi warga terdampak. Selain itu, BPBD juga melakukan kajian terkait dampak abrasi guna merumuskan langkah penanganan jangka panjang.
Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Rehabilitasi, dan Rekonstruksi BPBD Rembang, Puji Widodo, menyatakan bahwa pihaknya telah mengusulkan program penanganan abrasi ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
“Untuk tahun ini, kemarin sudah ada sedikit penanganan sekaligus kejelasan terkait dengan penanganan fisiknya oleh balai besar yang berwenang. Namun, seiring berjalannya waktu, apakah nanti terdampak efisiensi anggaran dari instruksi Presiden atau tidak, kami belum bisa menjelaskan,” terang Puji.
Sementara menunggu keputusan dari pemerintah pusat, BPBD mengimbau masyarakat pesisir untuk tetap waspada. Berdasarkan prediksi BMKG, gelombang di perairan Pantai Utara Rembang diperkirakan masih cukup tinggi dalam tiga hari ke depan.
“Kami berharap warga untuk selalu mengikuti atau melihat kondisi cuaca ekstrem, terutama gelombang tinggi yang ada di Pantai Utara Rembang,” tutupnya. (re/rd/kominfo)