Berita
Melihat Pelaksanaan MBG di SDN 1 Soditan Lasem
- 22 Agustus 2025
- Posted by: Redaksi
- Category: Berita Pemerintah

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah berlangsung enam bulan di Kabupaten Rembang. SDN 1 Soditan, Kecamatan Lasem, menjadi salah satu sekolah yang pertama menerima manfaat program nasional ini sejak awal peluncurannya.
Pada Kamis, 21 Agustus 2025 pelaksanaan MBG di SDN 1 Soditan terlihat berjalan tertib. Seluruh siswa duduk berjajar lesehan di halaman sekolah mengikuti pengajian rutin sebelum kegiatan makan bersama dimulai.
Sekitar pukul 07.15 WIB, mobil boks dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tiba di sekolah. Para guru membantu menurunkan makanan yang sudah disiapkan di atas piring stainless steel, lalu menatanya di gazebo. Makanan dibagikan setelah kegiatan pengajian selesai.
Usai pengajian, siswa bersama guru mendistribusikan makanan. Setelah doa bersama dipimpin guru, siswa membuka piring yang tertutup rapat dan mulai menyantap sarapan.
Menu hari itu terdiri atas nasi, tempe, ikan lele, buah anggur, mentimun, dan kol. Lauk ikan lele merupakan tambahan menu baru yang diperjuangkan Pemkab Rembang melalui Dinas Kelautan dan Perikanan, agar program nasional ini memberi manfaat bagi pembudidaya lele lokal.
Siswa dari kelas I hingga VI terlihat menikmati makanan dengan lahap. Bahkan siswa kelas I sudah terbiasa memisahkan duri lele secara mandiri. Setelah makan, mereka mengumpulkan piring di titik yang ditentukan, lalu mencuci tangan dan membersihkan mulut dengan air dan sabun.
Salah satu siswa kelas II, Nabila, menyampaikan kegembiraannya.
“Makan bersama tadi ada anggur, lele, tempe, sama nasi. Suka lele, sering makan di rumah,” ujarnya polos.
Kepala SDN 1 Soditan, Heni Binawati, menjelaskan bahwa setiap hari ada guru piket yang bertugas membantu pelaksanaan MBG. Tugas mereka meliputi menurunkan makanan dari mobil, menghitung porsi, hingga memastikan piring stainless steel dikembalikan.
Heni menyebut, kegiatan makan bersama di sekolah berlangsung pukul 07.00 WIB.
“Sebelum ada MBG, jam pertama kami gunakan untuk kegiatan pembiasaan. Kini, waktu tersebut kami manfaatkan untuk sarapan pagi. Kami juga sudah umumkan kepada orang tua agar anak tidak sarapan dari rumah,” ungkapnya.
Ia menegaskan, siswa tidak diperbolehkan membawa tempat makan sendiri untuk menyimpan makanan sisa. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa sarapan sehat dan bergizi.
“Dulu ada anak yang hanya mau minum susu, makanannya ditinggal karena tidak suka. Guru-guru berperan untuk melatih mereka makan dengan benar, termasuk membiasakan makan nasi. Sekarang, anak yang dulu tidak suka nasi pun mulai terbiasa.”
“Kami juga membantu memberikan pemahaman kepada siswa, bahwa makanan itu beragam,” imbuhnya.
Setelah makan bersama, siswa dibiasakan menumpuk piring MBG menjadi lima susun, diikat, dan disimpan di ruang transit makanan.
Selama enam bulan pelaksanaan MBG, Heni berharap variasi menu terus ditingkatkan agar siswa semakin bersemangat.
“Kami harap menunya semakin beragam, supaya anak-anak lebih semangat dan tidak jenuh,” pungkasnya. (Mif/Rudi/Kominfo)
—