REMBANG – Mungkin sebagian masyarakat belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa melakukan sesuatu untuk mencegahnya.
Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Hal tersebut disampaikan oleh anggota DPRD Jawa Tengah yang menggelar dialog interaktif di studio Radio CBFM Jum’at pagi (11/02). Talkshow tersebut berlangsung selama dua hari sejak hari Kamis sampai dengan Jum’at (11/02).
Dalam kesempatan itu, salah satu anggota Komisi IV H Abdul Aziz (Gus Aziz) menyampaikan, salah satu yang harus diketahui oleh masyarakat untuk mencegah stunting ialah sadar pentingnya gizi seimbang.
“Tentu ini sangat penting yang kita ketahui masyarakat luas gizi seimbang, stok pangan nasional harus terjaga, sampai basis terkecil, desa misalnya agar tetap terjamin. Jangan sampai ada yang tidak punya stok beras,” kata Gus Aziz.
Selain itu, dampak lain yang disebabkan kekurangan gizi ialah, masyarakat mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuh yang kurang.
“Urgensi yang kedua, terkait keseimbangan gizi, dampak gizi yang tidak simbang itu akan muncul beberapa penyakit, gangguan pertumbuhan anak, penurunan daya tahan tubuh, asupan gizinya rendah, apalagi ini cuaca pancaroba,” pungkas.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. (Asmui)