Berita
Menjawab Keluhan Warga, Bupati Hafidz Dirikan Ponpes dan SMK
- 31 Januari 2023
- Posted by: Redaksi
- Category: Berita Pemerintah
Pondok pesantren (ponpes) baru dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan berdiri desa Pamotan Kecamatan Pamotan. Bupati Hafidz adakan pengajian guna Launching Ponpes dan SMK yang berlokasi komplek rumah pribadi beliau. Belasan ribu, rektor universitas Ngudi Waluyo Semarang, dan KH. Anwar Zahid menghadirinya. Senin sore (30/01/2023).
Abdul Hafidz memberikan sambutan guna menyampaikan bahwa SMK yang didirikannya memiliki konsep pesantren dan diharapkan mampu menjawab keluhan masyarakat yang selama ini diterimanya.
Banyak warga yang berfikir bahwa setelah anaknya lulus sarjana itu akan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Padahal mindset tersebut tidaklah tepat, pasalnya peluang menjadi PNS dengan jumlah lulusan sarjananya sangat tidak sebanding.
Tidak semua lulusan sarjana menjadi PNS
“Pak Bupati nyuwun tulung anak kulo dadoske pegawai negeri teng pundi mawon anak kulo sampun sarjana. Orang kalau tidak paham birokrasi tahunya kalau sudah sarjana bisa jadi pegawai negeri, kalau sudah sarjana gampang golek gawean, ternyata mboten. Keluhan dulu sampai sekarang sama, ” ungkapnya.
Dengan pendiriannya, pondok pesantren dan sekolah kejuruan menjadi sekolah yang dapat meluluskan santri-santri yang memiliki ilmu agama, keterampilan, pekerjaan dan gelar yang baik. “Paket inilah yang kami tempuh dan pembangunan ini sebagai awalnya. Kula kepengin warga masyarakat Rembang niku sejahtera karena berilmu. Ilmu akhirat dan ilmu dunia. Itu yang kita cita-citakan,” imbuhnya.
Kepala daerah yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Ma’hadu ‘Ulum Asy-Syar’iyyah (MUS), Desa Karangmangu, Kecamatan Sarang itu memperkirakan pada tahun ajaran baru nanti Ponpes dan SMK nya sudah bisa menerima santri baru. Bupati Hafidz berharap pembangunan selesai pada April-juni 2023.
Sementara itu, Rektor Universitas Ngudi Waluyo Subyantoro mengapresiasi model latihan beban yang disampaikan Bupati Rembang. Ia mengungkapkan bahwa masyarakat sangat menyukai model pendidikan ini. Banyak orang tua yang kesulitan mengatur waktu termasuk mendidik anak- anaknya di rumah karena kesibukan bekerja. Faktor itulah banyak orang tua yang lebih memilih sekolah yang terintegrasi antara pendidikan agama dengan dengan pendidikan umum untuk menjadi tempat pendidikan anak mereka.
“Menurut hitungan nasional. Anak-anak usia sekolah menengah yang baru tertampung di dunia pendidikan itu jumlahnya kira-kira baru 81%. Apalagi kalau di pendidikan tinggi, persentasenya lebih kecil. Baru 31%. Anak-anak yang seharusnya kuliah namun tidak bisa kuliah karena berbagai alasan. Salah satunya karena biaya. Kalau kecerdasan, tekad, keinginan mereka punya,” pungkasnya. (Mif/Rud/Kominfo)