Berita
Konsep Rehab Masjid Pamotan Beri Contoh Panitia Pembangunan Masjid Lain
- 18 Mei 2016
- Posted by: Redaksi
- Category: Berita Pemerintah Uncategorized
Masjid Besar Al-Amin Pamotan Rabu, (18/5) sore diresmikan oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj , Bupati Rembang H. Abdul Hafidz dan Ulama Besar Kiai Maemoen Zubaer. Selama 10 tahun proses rehab dan pengembangan, masjid tersebut menyedot anggaran Rp 5.192.750.000.
Hal itu diungkapkan Bupati Rembang yang sekaligus menjadi Ketua rehab dan pengembangan Masjid Pamotan, Abdul Hafidz di depan ribuan masyarakat yang turut hadir. Setelah selesai rehab, uang kas masjid masih tersisa sekira Rp 7,7 juta.
Di dalam kesempatan itu, Bupati menceritakan bagaimana awal mula rehab Masjid Pamotan tahun 2006. Segenap panitia pada waktu itu memohon restu kepada Kiai Maemoen Zubair di Sarang. Dan saran Mbah Moen rehab dimulai pada bulan Jumadilakhir, karena di bulan itu diharapkan lebih mudah mencari dana. Alhasil do’a tersebut dikabulkan Allah Swt, bahkan Buktinya kas panitia pembangunan tidak pernah kosong.
Tak hanya mengandalkan bantuan uang, masyarakat juga menyumbang bahan – bahan bangunan. Ia menyadari untuk menarik bantuan uang dari masyarakat, agak susah. Begitu pihaknya membuka konsep bantuan berupa barang, efeknya banyak bantuan berdatangan.
“Kami mencoba dengan konsep bantuan barang misalnya semenisasi dan marmerisasi. Banyak warga menyumbang semen, keramik maupun batu bata. Konsep semacam itu kemudian ditiru oleh panitia pembangunan Masjid di desa – desa lain.”terangnya
Sementara itu saat memberikan tausiyah, Said Aqil Siradj membandingkan antara kehidupan umat Islam di Indonesia dengan sejumlah negara di Timur Tengah. Di sini, umat masih leluasa beribadah ke Masjid, sedangkan di beberapa negara di Timur Tengah seperti Afghanistan, setiap hari selalu ada peperangan dan kerap ada bom meledak.
“Bahkan bom juga pernah meledak di dalam Masjid, sehingga adik presiden Hamid Karzai, meninggal dunia, ketika menunaikan ibadah sholat Idul Adha. Artinya, umat di Indonesia layak bersyukur, masih menikmati perdamaian sampai sekarang.”tuturnya
Said Aqil mengungkapkan karakter umat Islam yang penuh toleransi dan memiliki rasa nasionalisme ini tidak jauh dari peran para ulama, kiai, masyarakat bersama umaroh, yang bersama sama menjaga kerukunan dan ketentraman.
“Jasa kiai – kiai di pelosok kampung, jangan pernah dianggap sepele. Mereka berperan membangun karakter bangsa. “tegasnya
Ia berharap kondisi tersebut dipertahankan. Tak hanya kerukunan sesama umat Islam, tapi juga dengan umat agama lain.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.